MakaLah Bk
Semester V IAIN KHATULISTIWA
PEMBAHASAN
A. Jenis Layanan Konseling
Konseling merupakan pelayanan terpenting dalam
program bimbingan. layanan ini memfasilitasi siswa untuk memperoleh bantuan
pribadi secara langsung, baik secara face
to face maupun melalui media (telepon atau internet) dalam memperoleh
beberapa hal sebagaimana dijelaskan oleh Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan
dalam buku Landasan Bimbingan & Konseling, yaitu (a) agar siswa memperoleh
pemahaman dan kemampuan untuk mengembangkan kematangan dirinya (aspek potensi
kemampuan, emosi, sosial, dan moral-spiritual), dan (b) menanggulangi masalah
dan kesulitan yang dihadapinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar
maupun karir.
Jenis-jenis
layanan pada dasarnya merupakan operasionalisasi dari konsep bimbingan dan konseling dalam rangka memenuhi berbagai
asas, prinsip, fungsi dan tujuan bimbingan dan konseling. Dalam perspektif kebijakan
pendidikan nasional saat ini terdapat tujuh jenis layanan. Namun sangat
mungkin ke depannya akan semakin berkembang, baik dalam jenis layanan maupun
kegiatan pendukung.
Para
ahli bimbingan di Indonesia saat ini sudah mulai meluncurkan dua jenis layanan
baru yaitu layanan konsultasi dan layanan mediasi. Namun, kedua jenis layanan
ini belum dijadikan sebagai kebijakan formal dalam sistem pendidikan di
sekolah.
Adapun jenis-jenis layanan konseling disebutkan
dalam sebuah modul Departemen Pendidikan Nasional yang berjudul Model Pengembangan Diri adalah sebagai berikut :
a.
Orientasi, yaitu
layanan yang membantu peserta didik memahami lingkungan baru, terutama
lingkungan sekolah/madrasah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk menyesuaikan
diri serta mempermudah dan memperlancar peran peserta didik dilingkungan yang
baru.
b.
Informasi, yaitu
layanan yang membantu peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi
diri, sosial, belajar, karir dan pendidikan lanjut.
c.
Penempatan dan
penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta didik memperoleh penempatan dan
penyaluran yang tepat didalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi,
program latihan, magang dan kegiatan ekstrakurikuler.
d.
Penguasaan
konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasai konten tertentu,
terutama kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan disekolah,
keluarga dan masyarakat.
e.
Konseling
perorangan, yaitu layanan yang membatu peserta didik dalam mengentaskan masalah
pribadinya.
f.
Bimbingan
kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi,
kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir, dan pengambilan keputusan,
serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.
g.
Konseling
kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan
masalah pribadi melalui dinamika kelompok.
h.
Konsultasi,
yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh
wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani
kondisi dan atau masalah peserta didik.
i.
Mediasi, yaitu
layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki
hubungan antar mereka.
B. Orientasi Konseling
Yang dimaksud dengan orientasi
di sini adalah arah perhatian dan fokus dasar yang setiap kali harus menjadi
pokok perhatian dalam pelaksanaan pelayanan konseling.
Ada tiga orientasi yang menjadi
perhatian utama, yaitu:
a.
Orientasi
individual, artinya
setiap layanan konseling terutama tertuju kepada subjek yang dilayani sebagai
individu. Perorangan subjek yang dilayani dengan segenap
keindividualannya itulah titik tuju layanan. Dalam layanan melalui format
kelompok dan klasikal pun, arah kepada perorangan itu menjadi fokus. Lebih
lanjut, hasil layanan juga terfokus kepada perolehan masing-masing perorangan
subjek yang dilayani. Sebuah kaidah yang berkaitan dengan orientasi
perorangan dalam bimbingan konseling
dapat dicatat sebagai berikut :
(a) Semua
kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling
diarahkan bagi peningkatan perwujudan diri sendiri setiap individu yang menjadi
sasaran layanan.
(b) Pelayanan
bimbingan dan konseling meliputi kegiatan berkenaan dengan individu untuk
memahami kebutuhan-kebutuhannya, motivasi-motivasinya.
(c) Setiap
konseli harus diterima sebagai individu dan harus ditangani secara individual.
(d) Adalah
menjadi tanggung jawab konselor untuk memahami minat, kemampuan dan perasaan
konselor untuk mempelajari individu merupakan dasar bagi program BK.
b.
Orientasi
perkembangan, artinya
setiap layanan konseling memperhatikan karakteristik subjek yang dilayani dari
sisi tahap perkembangannya. Anak-anak usia dini misalnya tidak boleh
disamaratakan dengan anak usia SD, anak usia SD dengan SMP, demikian seterusnya
untuk segenap tahap perkembangan. Untuk itu perlu dipahami bahwa setiap tahap
perkembangan memiliki karakteristik tersendiri. Selain itu meskipun dua orang
subjek berada pada tahap perkembangan yang sama, aspek keindividualan (individual
differences) tetap harus diperhatikan. Dengan demikian orientasi
perkembangan dan orientasi individual dipadukan menjadi satu.
Secara
khusus Thompson dan Rudolph (1983) melihat perkembangan individu dari sudut
perkembangan kognisi, dalam perkembangannya anak-anak berkemungkinan mengalami
hambatan perkembangan kognisi. Ada Empat
bentuk hambatan kognisi:
(a) Hambatan
egosentrisme,Yaitu ketidak mampuan melihat kemungkinan lain diluar apa yang
dipahaminya.
(b) Hambatan
Konsenterasi,Yaitu ketidak mampuan untuk memusatkan pehatian pada lebih dari
satu aspek tentang sesuatu hal.
(c) Hambatan
Reversibilitas,Yaitu ketidakmampuan mnelusuri alur yang terbaik dari alur yang
di pahami semula.
(d) Hambatan
Transpormasi,Yaitu ketidak mampuan meletakkan sesuatu paada susunan urutan yang
ditetapkan.
c.
Orientasi
permasalahan, artinya
setiap layanan konseling terfokus pada permasalahan yang sedang dialami
dan/atau yang mungkin (dapat) dialami oleh subjek yang dilayani. Hal ini secara
langsung terkait dengan konsep KES dan KES-T. Pelayanan konseling tidak lain
adalah mengembangan KES dan mencegah terjadinya KES-T, serta menangani KES-T
apabila permasalahan memang sedang dialami oleh subjek. Terkait dengan
orientasi terdahulu, maka ketiga orientasi, yaitu orientasi individual,
perkembangan dan permasalahan dipadukan menjadi satu (Prayitno, 2009).
Jenis
masalah yang mungkin diderita oleh individu amat bervariasi sebagaimana
diungkapkan oleh prayitno lebih lanjut bahwa Roo L. Mooney mengidentifikasi 330
masalah yang digolongkan ke dalam 11 kelompok masalah, yaitu kelompok masalah
yang berkenaan dengan :
(a) Perkembangan
jasmani dn rohani atau ( kesehatan ) (PJK)
(b) Keuangan,
keadaan linkungan, lapan pekerjaan (KLP)
(c) Kegiatan
sosial dan reaksi (KSR)
(d) Hubungan
muda-mudi dan perkawinan (HPP)
(e) Hubungan
sosial dan kejiwaan (HSK)
(f) Keadaan
pribadi kejiwaan (KPK)
(g) Moal dan
agama (MDA)
(h) Keadaan
rumah dan keluarga (KRK)
(i) Masa
depan pendidikan dan pekerjaan (MPP)
(j) penyesuaian
terhadap tugas-tugas sekolah (PTS)
(k) kurikulum
sekolah dan prosedur pengajaran (KPP)
(l) Frekuensi
munculnya masalah di warnai oleh berbagai kondisi lingkungan di sekolah (prayitno,2009).
C. Prinsip-prinsip Konseling
Prinsip-prinsip konseling merupakan pedoman atau
acuan yang digunakan dalam melaksanakan konseling. Prinsip-prinsip tersebut
dibuat berdasarkan kajian filosofis, hasil-hasil penelitian dan pengalaman
praktis tentang hakekat manusia, perkembangan budaya, pengertian, tujuan,
fungsi, dan proses penyelenggaraan konseling. Prinsip-prinsip konselig ini akan
mendasarkan pada faktor proses, tanggunug jawab serta tujuan dari konseling.
Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional dalam modul yang berjudul Model Pengembangan Diri, yaitu prinsip-prinsip konseling adalah yang
berkenaan dengan sasaran layanan, permasalahan yang dialami, peserta didik,
program pelayanan, serta tujuan dan pelaksanaan pelayanan.
D. Masalah-masalah Konseling
Secara
garis besar masalah yang
dihadapi oleh konselor dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
a.
Masalah-Masalah yang Berkaitan Personal-Sosial
Individu
Kebutuhan
bimbingan timbul karena adanya masalah-masalah yang dihadapi oleh individu yang
terlibat dalam kehidupan masyarakat. Berbagai masalah personal yang dapat
dialami individu diantaranya:
(a)
Konflik dan Frustasi
Dalam
kehidupan sehari-hari biasanya individu, kadang-kadang mengahadapi beberapa motif
yang saling bertentangan. Dengan demikian individu mengalami konflik psikis,
yaitu pertentangan batin, suatu kebimbangan, suatu keragu raguan. Apabiala
individu melakukan kegitan dan berhasil maka timbul kebahgiaan. Tetapi jika
gagal dalam mencapi tujuannya maka individu akan mengalami kekecewaan. Jika
kecewa itu selalu berulang maka akan mengggannggu keseimbangan psikis, baik
emosi atau tindakannya.
Hal itu
berarti individu tersebut dalam keadaan frustasi. Dengan demikian frustasi
merupakan rasa kekecewaan yang mendalam karena tujuannya tidak tercapai. Dalam
beberapa faktor yang dapat memicu timbulnya frustasi antara lain:
1.
Frustasi Lingkungan, Frustasi yang disebabkan
oleh rintangan yang terdapat dalam lingkungan.
2.
Frustasi Pribadi, frustasi yang timbul karena
perbedaan antara kemampuan dan keinginan. Atau ada perbedaan antara ideal self
dengan real self.
3.
Frustasi Konflik, yaitu frustasi yang
disebabkan oleh konflik dari berbagai motif dalam diri seseorang.
(b) Stres
Stres
adalah fenomena siko fisik yang dapat dialami oleh setiap orang. Stres adalah
perasaan tidak enak, tidak nyaman, atau tertekan, baik fisik ataupun psikis
sebagai respon atau reaksi individu terhadap stressor (stimulus yang berupa
peristiwa, objek atau orang) yang mengancam, mengganggu, membebani, atau
membhayakan keselamatan, kepentingan, keinginan, dan kesejahteraan hidup. Gejala
stres antara lain adalah:
1.
Gejala Fisik, antara lain sakit kepala, sakit
lambung (Maag), hipetensi, sakit jantung atau jantung berdebar-debar, insomnia
(sulit tidur), mudah lelah, keluar keringat dingin , kurang selera makan,
sering buang air kecil, maupun diare.
2.
Gejala Psikis, diantaranya : gelisah atau
cemas, kurang biasa konsentrasi, sikap apatis, ikap psimis, hilang rasa humor
atau murung diam seribu bahasa, malas, mudah marah, bersikap agresif dsb.
Faktor
yang memicu stes yang biasa disebut stress antara lain :
1.
Stressor Fisik Biolosik, seperti penyakit yang
sulit disembuhkan, cacat fisik, atau kurang berfungsinya anggota tubuh.
2.
Stressor Psikologi, seperti berburuk sangka,
iri hati, dendam, sikap bermusuhan dsb.
3.
Stressor Sosial, yang disebabkan oleh iklim
kehidupan keluarga seperti, hubungan keluarga yang tidak harmonis, atau faktor
pekerjaan, juga dimungkinkan karena iklim lingkungan.
b. Masalah
adaptasi
Proses
penyesuaian diri sering menimbulkan masalah terutama bagi individu itu sendiri.
Jika individu dapat berhasil memenuhi kebutuhn sesui dengan lingkungannya maka
disebut "Well adjusted". Dan jika sebaliknya jika individu gagal dalam
proses penyesuaian diri disebut "maladjusted".
Ciri-ciri orang yang Well
adjusted adalah orang yang mampu merespon (kebutuhan dan masalah) secara
matang, efisien, puas, dan sehat wholesome. Yang dimaksud efisien adalah hasil
yang diperoleh tidak banyak membuang energi, waktu, dan terhindar dari kekeliruan.sedangkan
wholesome adalah respon individu itu sesuai dengan hakikat kemanusiaannya,
seperti sikap persahabatan, toleransi, dan memberi pertoloangan.