Perbedaan Qur’an dan Ayat Qur’an menurut Pendekatan Hikmah dan Epistemic Literalistic sebagaimana yang telah saya pahami dan saya dapatkan selama mengikuti perkuliahan Tafsir Tarbawi 1 dan Pengajian dzikir, adalah sebagai berikut :
Qur’an adalah sesuatu yang abstrak, yaitu yang tidak dapat dilihat, tidak dapat didengar, tidak dapat disuarakan, dan tidak dapat diraba oleh panca indra. Yang berada didalam hati Nabi Muhammad SAW. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT. dalam teks Al-Qur’an, QS.Al-baqarah /2:97 :
قُلْ مَن كَانَ عَدُوًّا لِجِبْرِيلَ فَإِنَّهُ نَزَّلَهُ عَلَى قَلْبِكَ بِإِذْنِ اللَّهِ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ {97}
Artinya : Katakanlah:"Barang siapa menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkan (al-Qur'an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman". (QS. 2:97)
Dari firman Allah ini, jelas bahwa yang disebut Qur’an adalah sesuatu yang abstrak yang berada didalam hati Nabi Muhammad SAW yang menuntun dan mendorong Nabi Muhammad SAW yang bersifat jasadi untuk berucap. Sehingga ucapan Nabi Muhammad SAW yang bersifat jasadi ini dapat didengar oleh panca indra manusia yang bersifat jasadi juga, yang kemudian ditulis dalam lembaran kertas dan dijilid menjadi sebuah buku yang dapat dibaca. Dari sinilah muncul pengertian Qur’an secara Epistemic Literalistic yang mengartikan Qur’an sebagai bacaan, yang sesungguhnya Teks Kitab Al-Qur’an yang ditulis menjadi sebuah buku yang dapat dibaca itulah yang disebut sebagai bacaan, bukan Qur’an, karena Qur’an itu bersifat abstrak yang berada didalam hati Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan yang disebut dengan Ayat Qur’an adalah sesuatu yang berasal dari Qur’an, dan Qur’an itu bersifat abstrak, sehingga Ayat Qur’an juga bersifat abstrak, yakni yang tidak dapat didengar, tidak dapat dilihat, tidak dapat diucapkan dan tidak dapat diraba oleh panca indra, yang berada didalam hati manusia. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam teks Al-Qur’an, QS Fushshilat/41:53
سَنُرِيهِمْ ءَايَاتِنَا فِي اْلأَفَاقِ وَفِي أَنفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ شَهِيدٌ {53}
Artinya: Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al-Qur'an itu benar.Dan apakah Rabbmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu (QS. 41:53)
Dari firman Allah ini jelas bahwa Allah SWT telah menitipkan ayat-ayatnya pada diri manusia sebagai tanda kebenaran dari Allah, yakni berupa iman/ kepercayaan Allah yang dititipkan pada diri manusia sebagai petunjuk yang senantiasa mengatakan dan menyuarakan sesuai apa yang dilihat dan dikerjakannya. Sehingga Ayat Qur’an itu bukan berupa tulisan atau penggalan-penggalan teks Al-Qur’an sebagaimana yang kebanyakan dipahami oleh orang-orang saat ini, yang hanya berdasarkan Epistemic Literalistic saja. Namun, Ayat Qur’an adalah sesuatu yang abstrak yang berada didalam dada/ hati manusia.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perbedaan Qur’an dan Ayat Qur’an sebagaimana yang telah saya pahami adalah terletak pada tempatnya, yakni, Qur’an berada didalam dada Nabi Muhammad SAW sedangkan Ayat Qur’an berada didalam dada manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar