Me |
NILA-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM IBADAH
PUASA
A.
PENDAHULUAN
Agama
Islam adalah agama yang rahmatan-lil’alamin, yang mempunyai syariat yang harus
dilaksanakan oleh pemeluknya. Ajaran Islam disyariatkan karena mengandung
banyak hikmah bagi manusia. Semua makhluk dan kejadian yang diciptakakan oleh
Allah SWT pasti ada hikmahnya, tidak ada perintah dan ciptaan Allah yang
sia-sia. Demikian pula halnya dengan urusan ibadah dan muamalah, baik yang
diperintah maupun yang dilarang-Nya, semuanya mengandung hikmah meskipun
mungkin diantara hikmah-hikmah tersebut belum dapat terungkap oleh manusia.
Salah satu ibadah mengandung banyak hikmah adalah ibadah puasa.
Puasa
dapat dikatakan sebagai ibadah yang istimewa dalam Islam. Keistimewaan itu
antara lain terletak pada adanya keterlibatan banyak aspek dalam diri manusia
selama menjalankan ibadah puasa, baik aspek yang bersifat jasmaniah maupun
aspek yang bersifat ruhaniah, aspek emosional dan aspek spiritual. Hal ini
dapat dilihat dari aturan-aturan dalam melaksanakan ibadah puasa. Jika dilihat
hikmah-hikmah yang terdapat dalam pelaksanaan ibadah puasa tersebut sangat erat
kaitannya dengan dunia pendidikan. Pendidikan pada dasarnya usaha untuk
mengembangkan segala potensi dalam diri manusia, baik potensi jasmani maupun
potensi rohani.
Sebagaimana
dikatakan Hasan Langgulung bahwa tujuan-tujuan pendidikan agama harus mampu
mengakomodasikan tiga fungsi utama dari agama, yaitu fungsi spiritual yang
berkaitan dengan akidah dan iman, fungsi psikologis yang berkaitan dengan
tingkah laku individual termasuk nilai-nilai yang mengangkat derajat manusia ke
derajat yang lebih sempurna, dan fungsi sosial yang berkaitan dengan
aturanaturan sosial yang menghubungkan manusia dengan manusia lain atau
masyarakat dimana masing-masing memiliki hak-hak dan tanggungjawab untuk
menyusun masyarakat yang harmonis dan seimbang.[1] Tujuan
ini sangat relevan jika dikaitkan dengan hikmah-hikmah yang terkandung dalam
ibadah puasa.
Dalam makalah ini, fokus masalah yang akan dibahas
adalah mengenai :
1) Tinjauan
Umum Tentang Ibadah Puasa
2) Nilai-Nilai
Pendidikan Islam Dalam Ibadah Puasa
Adapun
tujuan penulisan makalah ini, yaitu: pertama, sebagai tugas individu MID
semester mata kuliyah Filsafat Pendidikan Islam pada semester IV PAI, STAIN
Pontianak. Kedua, untuk mengetahui tinjauan umum tentang ibadah puasa. Ketiga,
untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung pendidikan Islam yang terkandung
dalam ibadah puasa, agar hikmah puasa yang berkaitan dengan pendidikan dapat
terungkap secara ilmiah dan dapat memberikan konstribusi positif dalam
mengembangkan pendidikan.
B.
TINJAUAN
UMUM TENTANG IBADAH PUASA
1)
Pengertian
Puasa
Puasa
dalam bahasa Arab disebut اﻟصيام,
sebagaimana di-jelaskan oleh M. Quraish Shihab dalam kitab tafsirnya yang ber-judul
Tafsir Al-Mishbah, yang artinya
menahan diri.[2]
Sedangkan
menurut istilah syara’, Sayyid Sabiq menje-laskan bahwa, puasa berarti menahan
diri dari perbuatan tertentu dengan niat dan menurut aturan tertentu sejak
terbit matahari hingga terbenam.[3]
Menahan
diri dari perbuatan tertentu yang dimaksud Sayyid Sabiq diatas adalah menahan
diri dari makan, minum dan bersetubuh serta dari seluruh yang membatalkan
ibadah puasa yang termaktub dalam aturan atau syarat-syarat ibadah puasa yang
telah ditetapkan oleh syara’.
2)
Hukum dan
Macam-macam Puasa
a.
Puasa Wajib
Dalam buku Materi Pendidikan Agama Islam, Supiana
dan Karman menjelaskan bahwa Ibadah puasa yang hukumnya wajib (harus) dilakukan
ada tiga, yaitu wajib karena waktunya (puasa
ramadhan), wajib karena sebab tertentu (puasa kafarat) dan wajib karena ia
sendiri yang mewajibkannya yaitu puasa nazar (janji).[4]
b. Puasa
Sunah (tathawwu’)
Puasa sunah yakni puasa
yang dianjurkan oleh Rasullullah SAW. apabila dikerjakan akan mendapat pahala
dan bila ditinggalkan tidak berdosa.
Dalam buku Ensiklopedi Islam Al-Kamil, Muhammad
Ibrahim At-Tuwaijiri menjelaskan bahwa puasa sunnah merupakan puasa yang
berpahala besar dan sebagai tambahan pahala, serta menutup kekurangan atau
ketidak-sempurnaan pada puasa wajib.[5]
Adapun macam-macam puasa
sunnah, beliau menyebutkan diantaranya yaitu, puasa Nabi Dawud, puasa muharram,
puasa enam hari di bulan syawal, puasa tiga hari pada pertengahan tiap-tiap
bulan, puasa senin dan kamis, puasa Sembilan hari di bulan zulhijjah, puasa
fisabillillah dan memperbanyak puasa sunnah di bulan sya’ban.
3)
Rukun
Puasa
Fardu
atau rukun puasa ada dua, yakni niat puasa dan menahan diri dari yang
membatalkannya sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Ibadah puasa
tidak sah apabila dilakukan tanpa niat, begitu yang dijelaskan oleh Sayyid Sabiq,
hal ini dikarenakan ibadah puasa merupakan ibadah mahdhah.[6]
4)
Hal-hal
yang Membatalkan Puasa
Beberapa
hal yang membatalkan ibadah puasa sebagaimana dikemukakan oleh Sayyid Sabiq,
adalah sebagai berikut :
a. Makan
dan minum dengan sengaja, sebagaimana firman Allah SWT dalam teks Al-Qur’an
surah Al-Baqarah ayat ke 187 :
Artinya : “… dan makan
minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.
Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam … “ (QS. 2 : 187)
b. Al-Huqnah,
yaitu memasukkan sesuatu kedalam rongga melalui kemaluan dubur atau qubul.
c. Muntah dengan sengaja.
d. Bersetubuh, walau tidak sampai keluar mani.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah : 187:
Artinya
: “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari puasa bercampur dengan isteri-isteri
kamu, mereka itu adalah pakaian, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka… “
e. Keluar mani dengan sebab mubasyarah
(bersentuhan kulit tanpa alas).
f.
Haid
g. Nifas
h. Gila
i.
Murtad
5)
Sunnah-sunnah Puasa
Adapun hal-hal yang dianjurkan oleh Rasullullah
SAW. dilakukan ketika menjalani ibadah puasa, Muhammad Ibrahim At-Tuwaijiri
adalah sebagai berikut[7]
:
a. Makan sahur
b. Menyegerakan berbuka puasa bila waktunya telah tiba
c. Memperbanyak berdzikir, berdoa dan membaca basmallah
ketika berbuka puasa serta membaca hamdallah setelah selesa.
d. Bersiwak
e. Shalat tarawihBersungguh-sungguh pada sepuluh hari
terakhir
f.
dan lain-lain
C.
NILAI-NILAI
PENDIDIKAN ISLAM DALAM IBADAH PUASA
Dari uraian mengenai tinjauan
umum ibadah puasa di atas, dapat diketahui bahwa ibadah puasa sebagai ibadah
mahdhah, ada yang diwajibkan menurut waktunya, yakni puasa satu bulan penuh
dalam setahun di bulan ramadhan, ada juga yang diwajibkan karena sesuatu hal
yaitu puasa kafarat dan ada juga yang diwajibkan karena kehendak diri sendiri
yaitu puasa nazar. Selain itu, ada banyak macam-macam puasa yang dianjurkan
oleh Nabi Muhammad SAW, sebagai puasa sunnah yang berpahala besar sehingga
dapat menutupi kekurangan nilai pahala puasa wajib.
Dengan demikian jelas
bahwa ibadah puasa sangat penting dan sangat bernilai disisi Allah SWT. pada
tugas MID semester mata kuliah Filsafat
Pendidikan Islam ini, penulis akan menguraikan nilai-nilai pendidikan Islam
yang terkandung didalam ibadah puasa, yakni sebagai berikut :
1)
Ibadah
puasa dapat mendidik manusia menjadi pribadi muslim yang bertaqwa
Tujuan
utama Allah SWT. mensyari’atkan ibadah puasa adalah supaya manusia bertaqwa,
sebagaimana firman Allah SWT dalam teks Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat ke 183
:
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ
مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ {183}
Artinya
: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (QS. 2:183)
Muhammad Ibrahim At-Tuwaijiri mengemukakan bahwa
ibadah puasa merupakan sarana untuk mendidik atau membentuk manusia, supaya dapat menjadi pribadi yang
bertaqwa kepada Allah SWT.[8]
dengan mengerjakan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan larangan-larangan yang
telah ditentukan. Dimana didalam ibadah puasa ada hal-hal yang harus dikerjakan
sebagai syarat atau rukun ibadah puasa dan ada pula hal-hal yang harus
ditinggalkan supaya ibadah puasa yang dikerjakan dapat diterima disisi Allah
SWT.
Inilah hal utama yang menjadi nilai pendidikan
Islam yang dapat diambil dari ibadah puasa, dimana pendidikan didalam islam
diarahkan pada tujuan utama diciptakannya manusia yaitu untuk mengabdi kepada
Allah SWT, mengerjakan hal-hal yang diperintahkan dan menjauhi hal-hal yang
dilarang (Taqwa).
2)
Ibadah
puasa dapat menjadi sarana pendidikan akhlak dan latihan jiwa[9]
a.
Mendidik
manusia berjiwa sosial tinggi
Di dalam ibadah puasa
semua orang merasakan rasa lapar dan dahaga tanpa pandang bulu baik orang kaya
ataupun miskin, tua maupun muda, semua sama dihadapan Allah swt. Sehingga
dengan persamaan demikian akan tertanam dalam dirinya rasa persamaan (musawah),
perasaan demikian diharapkan membekas dan menjadi prinsip kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
Dengan demikian, maka
puasa merupakan salah satu proses menuju terbentuknya masyarakat yang
menjungjung tinggi nilai persamaan, keadilan dan pemerataan. Di sisi lain,
nilai-nilai sosial pada puasa tidak berhenti pada praktek puasa itu saja. Dalam
kenyataannya puasa merupakan salah satu sistem yang jitu untuk dapat
menghilangkan sifat angkuh, sombong, bakhil, egois, dan sifat tidak terpuji
lainnya. Sebab dengan berpuasa, maka seorang mukmin akan mengetahui dan menyadari
betapa lemah dirinya.
Tatkala dicekam oleh
rasa lapar dan dahaga, akan terbukalah mata hatinya terhadap nasib si miskin,
yang senantiasa hidup dalam kekurangan. Sehingga akan menimbulkan sikap murah
hati, guna menolong mereka yang serba kekurangan dan lemah, yang pada akhirnya
akan melahirkan pula sikap kasih sayang kepada sesama muslim. Maka jelaslah
kehidupan masyarakat muslim akan semakin kokoh dan lestari.[10]
Aspek sosial sebagai
perwujudan dari pengaruh puasa ini, bisa dicapai jika kita mampu menanamkan
secara teguh kesadaran akan kehadiran orang lain dalam diri kita. Maka, ibadah
puasa mencoba membuka tabir ruang-ruang pribadi yang masih dibingkai sekap
egois dan tidak mampu menyentuh dunia luar. Ini berarti, ibadah puasa
menekankan sikap kesetiakawanan sosial dan solidaritas yang tinggi terhadap
orang lain sebagai perwujudan tingkat takwa yang diliputi oleh ketulusan dan
keikhlasan.
Allah SWT. berfirman
dalam teks Al-Qur’an Surah Al-Kahfi ayat ke 110
قُلْ إِنَّمَآ أَنَا بَشَرٌ مِّثْلَكُمْ يُوحَى
إِلَىَّ أَنَّمَآ إِلاَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَآءَ رَبِّهِ
فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلاَيُشْرِكُ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا {110}
Artinya : Katakanlah:"Sesungguhnya aku
ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa
sesungguhnya Ilah kamu itu adalah Ilah Yang Esa". Barangsiapa mengharap
perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan
seorangpun dalam beribadat kepada Rabb-nya". (QS. 18:110)
b.
Mendidik manusia untuk bersikap jujur dan amanah
Melalui ibadah puasa, orang yang beriman dilarang makan,
minum dan berhubungan antara suami istri pada siang hari, hal ini dikarenakan
Allah hendak memperlihatkan faedah besar dari larangan itu. Dan yang paling
utama adalah latihan bersikap jujur dan amanah pada diri sendiri.
Jika di segala waktu, dilarang memakan makanan yang haram,
maka di waktu puasa makan yang halalpun dilarang kalau di makan sebelum
waktu berbuka datang. Orang yang beriman akan dapat menahan hawa dan nafsunya
dalam rangka mematuhi perintah Allah, meskipun dalam keadaan seorang diri,
dimana tidak ada orang lain, namun ia tetap berpuasa, karena ia percaya bahwa
Allah melihatnya.
Pendidikan dalam Islam anatara lain diarahkan pada
pendidikan akhlak yang baik. Bersikap jujur terhadap semua ucapan dan
perbuatannya, serta amanah (terpercaya) dalam segala hal yang dipercayakan
kepadanya.
c.
Mendidik manusia untuk hidup sederhana
Ibadah puasa sarat
dengan nilai yang mengajarkan manusia untuk memahami pentignya pola hidup
sederhana. Nilai-nilai kesederhanaan yang bisa diperoleh dari puasa dan
amaliah-amaliah Ramadhan, lebih jauh lagi akan menyadarkan orang-orang yang
beriman bahwa harta, benda, kedudukan, dan memperoleh kesempatan memperoleh
kanikmatan dunia, semuanya adalah amanat Allah swt. Manusia jangan sampai
terpukai olehkelezatan dan kemewahan dunia, meskipun diantara mereka ada yang
mampu bahkan berkelebihan dalam mendapatkannya.
Sebaliknya, hendaknya
manusia selalu mensyukuri dengan membelanjakan kenikmatan-kenikmatan itu di
jalan yang ditentukan Allah swt. Rasulullah SAW. selalu mengajarkan sifat
sederhana kepada pengikut-pengikutnya serta memperingatkan kepada umatnya tidak
menjadi pemboros. Banyak riwayat yang menyatakan tentang kesederhanaan hidup
Nabi, para sahabat Nabi, para zahid, orang-orang saleh, pemimpin umat dan para
pejuang di jalan Allah.[11] diantara riwayat yang
mencontohkan hidup sederhana Nabi sebagaimana sabda-Nya:
Artinya : “Dari Abdullah berkata: .
Nabi
saw berbaring di atas tikar, dan ketika bangun, tikar teresebut berbekas di
kulitnya, maka saya berkata, . Demi ayah dan ibuku,
wahai Rasulullah, seandainya engkau memberi tahu kami, tetntu kami akan
gelarkan untuk u suatu alas yang dapat melindungimu dari sesuatu yang
menyakitimu, maka Rasulullah menjawab .
Untuk
apakah dunia bagiku, sesungguhnya aku di dunia ini seperti orang pengendara
yang bernaung sebentar di bawah pohon, kemudian pergi dan meninggalkannya.”
(HR. Ibnu Majah)
Kesederhanaan adalah
ciri pola hidup yang moderat, tengahtengah dan ideal, antara kemewahan dan
kepapaan. Ia merupakan sifat yang baik diantara dua sifat yang buruk, yakni
boros dan kikir. Karena itu agama menekankan kesederhanaan dan mengajarkan
bahwa orang yang dapat menjaga diri dari perilaku hidup yang berlebih-lebihan
termasuk orang yang bertakwa dan bisa menyelamatkan diri dari hal-hal yang
membahayakan agamanya.
Karena itu, orang yang
ingin selamat, harus menjauhi hidup yang berlebihan meskipun pada hal-hal yang
halal. Dan salah satu cara yang efektif untuk menghindari sikap yang berlebihan
adalah melaksanakan puasa serta menghayati hikmah-hikmahnya.
d.
Mendidik
manusia untuk bersifat sabar
Menurut Al-Ghazali dalam
bukunya Ihya Ulumuddin, sebagaimana ditulis oleh Wahjotomo sabar dapat
diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu sabar dalam menghadapi cobaan
(musibah), sabar dalam meninggalkan maksiat, dan sabar dalam memenuhi perintah
(taat).[12] Tiga
kelompok ini dapat ditumbuhkan melalui aktivitas berpuasa. Diriwayatkan dari
Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw bersabda :
Artinya : Menceritakan
kepada kami abu bakar, menceritakan kepada kami : Abdullah bin Al-Mubarak,
menceritakan kepada kami Muhriz bin Salamah al 'Adanity, menceritakan kepada
kami Abdul Aziz bin Muham, semuanya dari Musa bin "Ubaidah Dari Jumhur,
dari Abu Hurairah dia berkata Rasulullah bersabda : "Setiap sesuatu itu
ada zakatnya, sedang zakatnya badan yaitu puasa. Mukhrij dalam hadits
menambahkan Rasulullah saw bersabda : "Puasa adalah setengan dari kesabaran".
(HR. Ibnu Majah)
Orang yang menunaikan
puasa berarti ia telah melaksanakan pengawasan pribadi dengan menjauhi makan,
minum, kesenangan badaniah, nafsu syahwat dan hal-hal yang terlarang lainnya
dengan penuh kesabaran dan kedisiplinan. Itulah sebabnya puasa yang dibarengi
dengan ketulusan hati untuk mencari keridhoan Allah SWT akan mampu menjadikan
pelakunya berjiwa sabar dan selalu teguh pendirian.
e.
Mendidik manusia untuk mengendalikan hawa nafsu
Untuk melatih dan
mengendalikan hawa nafsu banyak cara dan upaya yang dilakukan, namun yang
paling efektif adalah dengan berpuasa. Sebab puasa adalah menahan diri dari
makan, minum, hubungan seksual dan laku perbuatan yang tidak baik menurut
syarat dan rukun yang telah ditentukan oleh syara’ pada waktu yang telah
ditentukan pula. Dengan demikian, puasa itu berfungsi sebagai pengendali dan
pengontrol hawa nafsu agar tidak semenamena melampiaskan apa-apa yang
diinginkan manusia. Dalam kaitan ini Raulullah SAW. bersabda :
Artinya : “Dari abu Hurairah r.a bahwasanya Rasulullah SAW bersabda
puasa itu penjaga (perisai) maka janganlah ia berkata buruk dan janganlah
berbuat kebodohan jika ia dimusuhi atau di caci maki oleh seseorang maka
katakanlah: "sesungguhnya saya ini sedang berpuasa dua kali, dengan yang
diriku ditangannya sungguh bau busuknya mulut orang yang berpuasa itu lebih
harum disisi Allah daripada bau kesturi." Ia meninnggalkan makanya
minumnya dan syahwatnya (nafsu sex) nya karena aku. Puasa itu bagiku dan aku
membalasnya, sedang keberikan itu (dibalas) dengan sepuuh kalinya.” (HR.
Bukhari).
Puasa adalah suatu
ibadah untuk mengendalikan hawa nafsu. Dengan puasa seseorang harus mampu
menaklukkan hawa nafsunya, agar nafsu itu bisa diarahkan kepada hal-hal yang
positif. Dalam sebuah hadis sebagai mana yang dikutif oleh Wahjoetomo, yang
diriwayatkan oleh Usman Bin Hasan disebutkan bahwa Allah swt bertanya kepada
akal dan nafsu tentang kedudukan dia dan Tuhannya. Akal langsung mengakui bahwa
Allah itu adalah Tuhannya dan dia adalah hambanya. Sedangkan nafsu tidak
langsung mengakui bahwa Allah adalah Tuhannya. Sehingga Allah Allah menghukum
nafsu dengan rasa lapar yang sangat sehingga ia mengakui bahwa Allah itu adalah
tuhannya dan ia adalah hambanya.[13]
3)
Ibadah
Puasa Sebagai Sarana Pendidikan Jasmani
Puasa
telah lama dikenal manusia. Dengan berpuasa seseorang akan terdidik untuk
memasukkan makanan, minuman yang masuk ke dalam tubuhnya. Orang yang berpuasa
tidak akan sembarangan memasukkan makanan, minuman kedalam tubuh baik dalam
segi jenis makanan, waktu memakan, cara memakan dan lain sebagainya yang akan
masuk ke dalam tubuh, sehingga tubuh akan terjaga dan tetap sehat.
Menurut
Prof. Hembing Wijaya Kusuma dalam bukunya Puasa itu Sehat, kegunaan puasa
terhadap kesehatan meliputi berbagai aspek, yaitu aspek perlindungan,
pencegahan, dan pengobatan diantaranya[14] :
a.
Memberikan istirahat
kepada alat pencernaan
Sebagaian besar
ahli-ahli kesehatan sepakat mengatakan, bahwa. Alat pencernaan (perut)
merupakan sumber dari berbagai macam penyakit. Perut merupakan terminal dalam
tubuh, tempat berlabuh dan berhenti segala makanan dan minuman. Ikan, daging,
nasi, sayuran dan segala macam yang tertumpuk di sana dan tersimpan dalam
beberapa waktu. Maka justru itulah perut perlu dibersihkan setidaknya sekali
dalam setahun dengan cara menjalankan puasa.
b.
Membebaskan tubuh dari
racun, kotoran dan ampas
Pada tubuh manusia
terdapat sampah berbahaya, seperti fases (tinja), urine, CO2 dan keringat. Oleh
karena itu tubuh akan terancam bahaya bila mengalami sembelit yang disebabkan
menumpuknya sisa-sisa sari makanan (tinja) di usus, yang pada akhirnya
menyebabkan tinja tersebut terserap oleh tubuh. Dengan berpuasa berarti
mengatasi suplai makanan yang masuk ke dalam tubuh, penumpukan racun, tubuh
bersih dari racun, kotoran dan ampas.
c.
Puasa mencegah dan
menyembuhkan penyakit mag
Penyakit mag disebabkan
oleh karena asam dikeluarkan oleh lambung sedangkan di lambung tidak ada
makanan yang bisa dicerna oleh asam sehingga lambung merasa perih yang disebut
dengan penyakit mag (lambung). Dengan puasa seseorang disetting seluruh
tubuhnya untuk puasa pada esok harinya untuk tidak ada makanan yang masuk ke
lambung, sehingga lambungpun terperintah untuk tidak mengeluarkan asamnya
ketika tidak ada makan itu, sehingga orang yang berpuasa terhindarlah dari
penyakit mag.
d.
Memblokir makanan untuk
bakteri, virus, dan sel kanker
Dalam tubuh manusia
terdapat parasit-parasit yang menumpang makanan dan minuman. Dengan
menghentikan memasukkan makanan, kumankuman penyakit, bakteri-bakteri dan
sel-sel kanker tidak akan bertahan hidup. Mereka akan keluar melalui cairan
tubuh bersama sel-sel yang telah mati dan toksin.
e.
Waktu berpuasa merupakan
kesempatan yang paling baik untuk menjaga dari segala kebiasaan yang
membahayakan
Kebiasaan yang
membahayakan kesejahteraan, missal-nya merokok. Karena kebiasaan ini akan
menyebabkan syaraf seseorang akan kecanduan. Jika seseorang telah menjadi
pecandu, maka tidak mungkin menghentikannnya dengan tiba-tiba, jika itu
dilakukan maka ia akan merasa sakit dan lemah syarafnya. Tetapi jika
menghilangkan kebiasaan itu dengan berpuasa selama 12 jam dalam sehari
dalam masa 4 mingu secara rutin, maka kimia ganja, alcohol dan nikotin hari
demi hari secara bertahap sedikit demi sedikit berkurang kadarnya sehingga
syaraf akan bebas dari pengaruh benda-benda yang berbahaya dengan mudah dan
nyaman.
D.
KESIMPULAN
Puasa adalah menahan
diri dari perbuatan tertentu dengan niat dan menurut aturan tertentu sejak
terbit matahari hingga terbenam.
Disyari’atkannya ibadah
puasa bagi manusia memiliki hikmah yang luar biasa. Dari hikmah-hikmah terbut
terdapat nilai-nilai pendidikan Islam yang sangat bermanfaat bagi dunia
pendidikan Islam, yaitu:
1) Ibadah
puasa sebagai sarana pembentukan pribadi muslim yang bertaqwa, dimana tujuan
utama pendidikan Islam adalah untuk menjadikan manusia menjadi abdi Allah SWT.
yang beriman dan bertaqwa.
2) Ibadah
puasa sebagai sarana pendidikan akhlak dan jiwa, yakni mendidik manusia agar
berjiwa social tinggi, bersifat jujur, amanah, sabar, hidup sederhana dan
lain-lain.
3) Ibadah
puasa sebaga sarana pendidikan jasmani, yakni dengan adanya waktu istirahat
bagi alat pencernaan, adanya control terhadap makanan dan minuman yang masuk ke
dalam tubuh, adanya kedisiplinan waktu dan lain-lain.
[1] Hasan Langgulung, BEBERAPA
PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN ISLAM, (Bandung: Al-Ma.arif, 1962), hlm : 45-46
[2] M. Quraish Shihab, TAFSIR AL-MISHBAH, (Jakarta : Lentera Hati,2002) hlm :401
[3] Sayyid Sabiq, FIQIH SUNNAH, jilid I, (Beirut
: Darr Alfikr,1993) hlm : 364
[4] Supiana dan Karman, MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001) hlm: 84
[5] Muhammad Ibrahim At-Tuwaijiri, ENSIKLOPEDI ISLAM AL-KAMIL,( Jakarta:
Darus Sunnah Press,2012), hlm : 823
[6] Sayyid Sabiq, FIQIH SUNNAH, Jilid I, (Beirrut
: Darr Al-Fikr,1993), hlm : 369
[7] Muhammad Ibrahim At-Tuwaijiri, ENSIKLOPEDI ISLAM AL-KAMIL,(Jakarta: Darus Sunnah Press,2012), hlm:
818-821
[8] Muhammad Ibrahim At-Tuwaijiri, ENSIKLOPEDI ISLAM AL-KAMIL, (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2012),
hlm: 805
[9] Achmad Suyuti, NUANSA RAMADHAN, (Jakarta
: Pustaka Imani, 1996), hlm : 72
[10] Edy A. Effendi, RIBUAN HIKMAH PUASA,(Jakarta:
Puspa Swara, 1997), hlm: 40
[11] Achmad Suyuti, NUANSA RAMADHAN, (Jakarta:
Pustaka Amani, 1996) hlm : 92
[12] Wahjoetomo, PUASA DAN KESEHATAN,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1997) hlm: 5
[13] Wahjoetomo, PUASA DAN KESEHATAN, (Jakarta:
Gema Insani Press, 1997), hlm: 4
[14] Hembing Wijayakusuma, PUASA
ITU SEHAT, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997) hlm: 2