TeTesan Tinta Seputih SaLju ...



blog ini sebagian besar berisi corat-coretku, makalah-makalah kuliyahku, tugas-tugas kuliyah, materi kuliyah, puisiku, & ade beberape lirik lagu n nasyid kesukaan ku ....... ***heheheheh****

Jumat, 19 Oktober 2012

SIFAT TES SEBAGAI ALAT EVALUASI & Sistem Evaluasi

Lanjutan kuLiyah """ EVALUASI PEMBELAJARAN""""
@Tarbiyah PAI SMT V A STAIN PONTIANAK





A.    Sifat Tes Sebagai Alat Evaluasi
      Speed test (mengutamakan kecepatan) = tes yang dirancang untuk mendapatkan informasi mengenai kemampuan tertentu dengan waktu yang terbatas.
      Power test (mengutamakan kualitas respon) = tes yang lebih menekanan pada kualitas respon terhadap tes yang diujikan.
B.     Sistem Evaluasi
·         PAP (penilain acuan patokan) = penilaian yang yang mengacu pada prosetase penguasaan minimum. Posisi siswa: Lulus atau tidak lulus
·         PAN (Penilaian acuan norma) = penilaian yang mengacu pada rata-rata kelas kelompokPosisi siswa: Prestasi tinggi, sedang dan rendah


...................





 

Senin, 08 Oktober 2012

RUANG LINGKUP KONSELING



MakaLah Bk
Semester V IAIN KHATULISTIWA


PEMBAHASAN
A.  Jenis Layanan Konseling
Konseling merupakan pelayanan terpenting dalam program bimbingan. layanan ini memfasilitasi siswa untuk memperoleh bantuan pribadi secara langsung, baik secara face to face maupun melalui media (telepon atau internet) dalam memperoleh beberapa hal sebagaimana dijelaskan oleh Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan dalam buku Landasan Bimbingan & Konseling, yaitu (a) agar siswa memperoleh pemahaman dan kemampuan untuk mengembangkan kematangan dirinya (aspek potensi kemampuan, emosi, sosial, dan moral-spiritual), dan (b) menanggulangi masalah dan kesulitan yang dihadapinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar maupun karir.[1]
Jenis-jenis layanan pada dasarnya merupakan operasionalisasi dari konsep bimbingan dan konseling dalam rangka memenuhi berbagai asas, prinsip, fungsi dan tujuan bimbingan dan konseling. Dalam perspektif  kebijakan pendidikan nasional  saat ini terdapat tujuh jenis layanan. Namun sangat mungkin ke depannya akan semakin berkembang, baik dalam jenis layanan maupun kegiatan pendukung.
Para ahli bimbingan di Indonesia saat ini sudah mulai meluncurkan dua jenis layanan baru yaitu layanan konsultasi dan layanan mediasi. Namun, kedua jenis layanan ini belum dijadikan sebagai kebijakan formal dalam sistem pendidikan di sekolah.
Adapun jenis-jenis layanan konseling disebutkan dalam sebuah modul Departemen Pendidikan Nasional yang berjudul Model Pengembangan Diri  adalah sebagai berikut :
a.    Orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah/madrasah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta mempermudah dan memperlancar peran peserta didik dilingkungan yang baru.
b.    Informasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir dan pendidikan lanjut.
c.    Penempatan dan penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat didalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang dan kegiatan ekstrakurikuler.
d.   Penguasaan konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan disekolah, keluarga dan masyarakat.
e.    Konseling perorangan, yaitu layanan yang membatu peserta didik dalam mengentaskan masalah pribadinya.
f.     Bimbingan kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.
g.    Konseling kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok.
h.    Konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik.
i.      Mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antar mereka.[2]
B.  Orientasi Konseling
Yang dimaksud dengan orientasi di sini adalah arah perhatian dan fokus dasar yang setiap kali harus menjadi pokok perhatian dalam pelaksanaan pelayanan konseling.
Ada tiga orientasi yang menjadi perhatian utama, yaitu:
a.    Orientasi individual, artinya setiap layanan konseling terutama tertuju kepada subjek yang dilayani sebagai individu. Perorangan subjek yang dilayani dengan segenap keindividualannya itulah titik tuju layanan. Dalam layanan melalui format kelompok dan klasikal pun, arah kepada perorangan itu menjadi fokus. Lebih lanjut, hasil layanan juga terfokus kepada perolehan masing-masing perorangan subjek yang dilayani. Sebuah kaidah yang berkaitan dengan orientasi perorangan dalam bimbingan konseling dapat dicatat sebagai berikut :
(a)      Semua kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling diarahkan bagi peningkatan perwujudan diri sendiri setiap individu yang menjadi sasaran layanan.
(b)     Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi kegiatan berkenaan dengan individu untuk memahami kebutuhan-kebutuhannya, motivasi-motivasinya.
(c)      Setiap konseli harus diterima sebagai individu dan harus ditangani secara individual.
(d)     Adalah menjadi tanggung jawab konselor untuk memahami minat, kemampuan dan perasaan konselor untuk mempelajari individu merupakan dasar bagi program BK.
b.    Orientasi perkembangan, artinya setiap layanan konseling memperhatikan karakteristik subjek yang dilayani dari sisi tahap perkembangannya. Anak-anak usia dini misalnya tidak boleh disamaratakan dengan anak usia SD, anak usia SD dengan SMP, demikian seterusnya untuk segenap tahap perkembangan. Untuk itu perlu dipahami bahwa setiap tahap perkembangan memiliki karakteristik tersendiri. Selain itu meskipun dua orang subjek berada pada tahap perkembangan yang sama, aspek keindividualan (individual differences) tetap harus diperhatikan. Dengan demikian orientasi perkembangan dan orientasi individual dipadukan menjadi satu.
Secara khusus Thompson dan Rudolph (1983) melihat perkembangan individu dari sudut perkembangan kognisi, dalam perkembangannya anak-anak berkemungkinan mengalami hambatan perkembangan kognisi. Ada Empat bentuk hambatan kognisi:
(a)      Hambatan egosentrisme,Yaitu ketidak mampuan melihat kemungkinan lain diluar apa yang dipahaminya.
(b)     Hambatan Konsenterasi,Yaitu ketidak mampuan untuk memusatkan pehatian pada lebih dari satu aspek tentang sesuatu hal.
(c)      Hambatan Reversibilitas,Yaitu ketidakmampuan mnelusuri alur yang terbaik dari alur yang di pahami semula.
(d)     Hambatan Transpormasi,Yaitu ketidak mampuan meletakkan sesuatu paada susunan urutan yang ditetapkan.

c.    Orientasi permasalahan, artinya setiap layanan konseling terfokus pada permasalahan yang sedang dialami dan/atau yang mungkin (dapat) dialami oleh subjek yang dilayani. Hal ini secara langsung terkait dengan konsep KES dan KES-T. Pelayanan konseling tidak lain adalah mengembangan KES dan mencegah terjadinya KES-T, serta menangani KES-T apabila permasalahan memang sedang dialami oleh subjek. Terkait dengan orientasi terdahulu, maka ketiga orientasi, yaitu orientasi individual, perkembangan dan permasalahan dipadukan menjadi satu (Prayitno, 2009).
Jenis masalah yang mungkin diderita oleh individu amat bervariasi sebagaimana diungkapkan oleh prayitno lebih lanjut bahwa Roo L. Mooney mengidentifikasi 330 masalah yang digolongkan ke dalam 11 kelompok masalah, yaitu kelompok masalah yang berkenaan dengan :
(a)      Perkembangan jasmani dn rohani atau ( kesehatan ) (PJK)
(b)     Keuangan, keadaan linkungan, lapan pekerjaan (KLP)
(c)      Kegiatan sosial dan reaksi (KSR)
(d)     Hubungan muda-mudi dan perkawinan (HPP)
(e)      Hubungan sosial dan kejiwaan (HSK)
(f)      Keadaan pribadi kejiwaan (KPK)
(g)     Moal dan agama (MDA)
(h)     Keadaan rumah dan keluarga (KRK)
(i)       Masa depan pendidikan dan pekerjaan (MPP)
(j)       penyesuaian terhadap tugas-tugas sekolah (PTS)
(k)     kurikulum sekolah dan prosedur pengajaran (KPP)
(l)       Frekuensi munculnya masalah di warnai oleh berbagai kondisi lingkungan di sekolah (prayitno,2009).
C.  Prinsip-prinsip Konseling
Prinsip-prinsip konseling merupakan pedoman atau acuan yang digunakan dalam melaksanakan konseling. Prinsip-prinsip tersebut dibuat berdasarkan kajian filosofis, hasil-hasil penelitian dan pengalaman praktis tentang hakekat manusia, perkembangan budaya, pengertian, tujuan, fungsi, dan proses penyelenggaraan konseling. Prinsip-prinsip konselig ini akan mendasarkan pada faktor proses, tanggunug jawab serta tujuan dari konseling.
Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Departemen Pendidikan Nasional dalam modul yang berjudul Model Pengembangan Diri, yaitu prinsip-prinsip konseling adalah yang berkenaan dengan sasaran layanan, permasalahan yang dialami, peserta didik, program pelayanan, serta tujuan dan pelaksanaan pelayanan.[3]
D.  Masalah-masalah Konseling
Secara garis besar masalah yang dihadapi oleh konselor dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
a.    Masalah-Masalah yang Berkaitan Personal-Sosial Individu
Kebutuhan bimbingan timbul karena adanya masalah-masalah yang dihadapi oleh individu yang terlibat dalam kehidupan masyarakat. Berbagai masalah personal yang dapat dialami individu diantaranya:
(a)      Konflik dan Frustasi
Dalam kehidupan sehari-hari biasanya individu, kadang-kadang mengahadapi beberapa motif yang saling bertentangan. Dengan demikian individu mengalami konflik psikis, yaitu pertentangan batin, suatu kebimbangan, suatu keragu raguan. Apabiala individu melakukan kegitan dan berhasil maka timbul kebahgiaan. Tetapi jika gagal dalam mencapi tujuannya maka individu akan mengalami kekecewaan. Jika kecewa itu selalu berulang maka akan mengggannggu keseimbangan psikis, baik emosi atau tindakannya.
Hal itu berarti individu tersebut dalam keadaan frustasi. Dengan demikian frustasi merupakan rasa kekecewaan yang mendalam karena tujuannya tidak tercapai. Dalam beberapa faktor yang dapat memicu timbulnya frustasi antara lain:
1.         Frustasi Lingkungan, Frustasi yang disebabkan oleh rintangan yang terdapat dalam lingkungan.
2.         Frustasi Pribadi, frustasi yang timbul karena perbedaan antara kemampuan dan keinginan. Atau ada perbedaan antara ideal self dengan real self.
3.         Frustasi Konflik, yaitu frustasi yang disebabkan oleh konflik dari berbagai motif dalam diri seseorang.
(b)     Stres
Stres adalah fenomena siko fisik yang dapat dialami oleh setiap orang. Stres adalah perasaan tidak enak, tidak nyaman, atau tertekan, baik fisik ataupun psikis sebagai respon atau reaksi individu terhadap stressor (stimulus yang berupa peristiwa, objek atau orang) yang mengancam, mengganggu, membebani, atau membhayakan keselamatan, kepentingan, keinginan, dan kesejahteraan hidup. Gejala stres antara lain adalah:
1.         Gejala Fisik, antara lain sakit kepala, sakit lambung (Maag), hipetensi, sakit jantung atau jantung berdebar-debar, insomnia (sulit tidur), mudah lelah, keluar keringat dingin , kurang selera makan, sering buang air kecil, maupun diare.
2.         Gejala Psikis, diantaranya : gelisah atau cemas, kurang biasa konsentrasi, sikap apatis, ikap psimis, hilang rasa humor atau murung diam seribu bahasa, malas, mudah marah, bersikap agresif dsb.
Faktor yang memicu stes yang biasa disebut stress antara lain :
1.         Stressor Fisik Biolosik, seperti penyakit yang sulit disembuhkan, cacat fisik, atau kurang berfungsinya anggota tubuh.
2.         Stressor Psikologi, seperti berburuk sangka, iri hati, dendam, sikap bermusuhan dsb.
3.         Stressor Sosial, yang disebabkan oleh iklim kehidupan keluarga seperti, hubungan keluarga yang tidak harmonis, atau faktor pekerjaan, juga dimungkinkan karena iklim lingkungan.
b.    Masalah adaptasi
Proses penyesuaian diri sering menimbulkan masalah terutama bagi individu itu sendiri. Jika individu dapat berhasil memenuhi kebutuhn sesui dengan lingkungannya maka disebut "Well adjusted". Dan jika sebaliknya jika individu gagal dalam proses penyesuaian diri disebut "maladjusted".
Ciri-ciri orang yang Well adjusted adalah orang yang mampu merespon (kebutuhan dan masalah) secara matang, efisien, puas, dan sehat wholesome. Yang dimaksud efisien adalah hasil yang diperoleh tidak banyak membuang energi, waktu, dan terhindar dari kekeliruan.sedangkan wholesome adalah respon individu itu sesuai dengan hakikat kemanusiaannya, seperti sikap persahabatan, toleransi, dan memberi pertoloangan.


[1] Syamsu Yusuf & A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan & Konseling, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm: 21